Antara Aku Ayah mu dan Kamu Anak ku

Muhammad Legi Akbar Al Fauzani Ziddane, Bogor 16 April 2014. Hari rabu pukul 23.00 kurang lebih seperti itu waktu kamu lahir, Berat 3,5 dengan Panjang 52 cm.. hehehe kalau gak salah. 

6 tahun berlalu kini kamu telah menginjak di Sekolah Dasar.
Pengalaman saya ketika menjadi anak, yang saya rasakan adalah ada batasan antara saya sebagai anak dan Ayah saya (Alm), sebagai ayah, apapun dengan beliau ketidak sepaham maka akan jadi konflik.
ketika itu saya sudah menginjak SMA.

namun berbeda dengan yang kini saya rasakan, pahit dan haru menjadi seorang ayah kini saya rasakan.

Suatu masa saya pulang sang istri bercerita sambil terisak, bahwa Kakak (Ziddane) menangis karena Pistol mainan pemberian dari tetangga diambil lagi oleh sang anaknya. betapa perih yang saya rasakan, mendengar hal itu.

"Ya Allah.... " ucapku dalam hati.
"Kakak....." ku panggil dia, tak lama dia pun menghampiri (saat itu dia usia 3 Tahun) dan ku pangku lalu berkata " Kakak... jangan nangis yah... Do'a in bibi, besok ada rezekinya. Bibi bakalan belikan kakak pistol mainan yang besar" Ucapku.
terlihat raut wajah yang sangat cerah saat saya ucapkan hal itu.

dari sana satu titik dan pelajaran yang saya dapatkan adalah Bukan hal mungkin, tapi fakta ketika saya banyak berminta kepada orang tua, bukan sebuah keinginan orang tua untuk tidak memenuhi keinginan sang anak, namun kebutuhan yang ada belum tercukupi, ini yang pertama. lalu Orang tua mana yang tak ingin membahagiakan anaknya.

Satu hari saya dan sekeluarga mengunjungi rumah ibu saya di Leuwiliang (Nenek nya Ziddane), kebetulan saya tinggal di Jasinga, beserta keluarga saya.
di malam hari, Ziddane sedang berkutat dengan Hp lalu dengan perlahan saya menyampaikan untuk menyelesaikan permainan nya di HP, dengan nada kesal iya pun menyerahkannya ke saya.

mungkin tidak terima HP nya saya ambil, kemudian menggoda adik adiknya hingga membuat mereka (adiknya, (Kebetulan saya sekarang memiliki Putra 1 dan Putri 2)) dan saya pun dengan perlahan menyampaikan untuk jangan mengganggu adiknya, namun tidak digubrisnya juga. sampai akhirnya semua menangis, lalu saya menyampaikan dengan nada sedikit tinggi.

namun tidak sampai disana, dia membuat hal hal yang membuat semua kesal, entah ini luapan ketidakpuasan dia atau kekesalan karena hp nya di ambil. beberapa kali dengan nada tinggi saya menyampaikan pada nya, satu jawaban dari nya yang membuat saya tertegun dan tak bisa berucap lagi...

"Terus...Terus saja marahin kakak...."
Gemetar hati saya dan terdiam.....
"Ya Allah....."
Muhammad Legi Akbar Al Fauzanie Ziddane dan Dawai Azzarine Kaneisha Legi

Anak usia 6 tahun sudah memiliki rasa terpojokkan atau selalu menjadi disalahkan,
padahal bukan itu masalahnya,

saya gak banyak bicara, hanya menyampaikan sambil haru sama istri,
"Mi kamu dengar jawaban kakak ???"
"Iya...." jawab istri saya.
"Gak nyangka yah, si Kakak udah bisa Jawab seperti itu" ujar ku kembali
"Maka nya jangan terlalu sering menyampaikan dengan nada tinggi (marah) sama si kakak mah, Mi mah tahu dia selalu mengamati kalau kakak itu otak nya selalu mencerna dari setiap semua pembicaraan siapapun" jawab istri saya.
                                                                 Sendu Keinarra Seika Legi Usia 4 Tahun

saya pun diam, masih dengan pemikiran tidak menyangka usia 6 tahun memiliki jawaban seperti itu, terngiang dengan nanda tinggi "Terus... terus ajha  salahin kakak......".

Pagi harinya ketika dia bangun saya peluk, seperti biasa selalu membisikan doa bangun tidur, dan 

" Kakak, Bi minta maaf yah semalam.... seandainya kakak nurut dan denger omongan bibi, pasti bi gak akan marah kaya gitu...."  namun dia masih terdiam, saya berharap itu masih situasi menyadarkan diri nya dari efek bangun tidur, bukan rasa dendam dalam hati.

dari sini lah, saya petik pelajaran bahwa, jangan pernah menganggap anak kecil itu seorang anak kecil, karena kita tidak tahu, dalam diam mereka dalam tawa, tangis mereka, dalam pola fikir atau terekam didalamnya bagaimana sikap kita selaku orang tua ketika sang anak melakukan kesalahan, dan mereka akan merekam bagaimana sang ayah atau ibu menyikapi kesalahn sang anak.

dari sini saya selalu bicara dengan anak saya semua, seperti saya dan teman teman saya, Alhamdulillah sudah 3 bulan berjalan ada perubahan dari sikap dan ucapan mereka, untuk yang paling besar Ziddane belajar nya pun sudah mulai giat, dan tadi malam sudah mau shalat maghrib tanpa harus saya paksa.

Alhamdulillah ya Allah...
semoga apa yang saya alami ini menjadi pelajaran juga buat rekan rekan semua...
semoga bermanfaat...
terima kasih atas kunjungannya diblog saya
jangan lupa masukkan nya dan komentar nya...
salam blogger Indonesia...

Komentar

  1. Mantap Pak...
    Kita semua tahu teorinya .
    Bahwa Anak Belajar dari Lingkungannya...
    Tapi terkadang...kita ORANG TUA... MENGABAIKAN NYS..
    MANTAP .PAK . SEMOGA MENGINSPIRASI KAMI SEMUA UTK MENUJU YG LEBIH BAIK.
    SPT REFF LAGU SOPAN SANTUN TIWI..
    " SOPAN SANTUN SELALU KUTELADANI DARI AYAH IBUKU.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak
      Tinggu Blog saya selanjutnya tentang ini

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RINDU TAK BERTUMPU UNTUK PRAMUKA

Ini Khilapku